3. Berbekal ilmu syari'at.
Tatkala seluruh kebaikan bagi manusia tercakup dalam ilmu syari'at, maka segala ketenangan dan kebahagiaan manusia sangat bertumpu pada ilmu syari'at. Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak memerintah NabiNya untuk meminta tambahan nikmat apapun selain dari tambahan ilmu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya, "Dan katakanlah, "ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengatahuan."(QS. Thaha: 114).
Berkata Ibnu Qayyim -Semoga Alloh merahmatinya, "Sesungguhnya ilmu itu melapangkan hati dan meluaskannya, sehingga ia lebih luas dari dunia, sedangkan kejahilan akan mewariskan kesempitan, keterbatasan dan keterkurungan. Semakin luas ilmu seorang hamba, maka hatinyapun akan semakin lapang dan luas. Namun ini bukanlah pada setiap ilmu, tapi hanya pada ilmu yang diwariskan kepada dai ar-Rasul yaitu ilmu yang bermanfaat. Orang-orang yang berilmu (merekalah) yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling indah akhlaknya, dan paling baik kehidupannya."
4. Kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh seorang hamba yang beriman adalah kecintaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih besar dan melebihi kecintaannya kepada seluruh makhluk.
Kecintaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tersebut akan menghantarkan seorang hamba menuju kehidupan yang sangat indah, kelapangan hati dan ketenangan jiwa, karena rongga hatinya hanya dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah dan ketergantungan padaNya. Wajarlah bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tiga (sifat) yang (apabila) terdapat pada seseorang, pasti ia akan mendapat kelezatan iman: hendaknya Allah dan Rasulnya lebih ia cintai dari yang lainnya, dan hendaknya ia mencintai seseorang, semata-mata hanya karena Allah, serta hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka". (HR. al-Bukhari-Muslim).
5. Senantiasa bertaubat.
Menyadari kekurangan, menyesali kesalahan dan bertaubat kepada yang Maha Pencipta adalah diantara sifat-sifat yang memberikan berbagai keajaiban dalam kehidupan seorang hamba dan sangat menerangi hati serta melapangkan dadanya. Karena itu, sikap senantiasa bertaubat sangat ditekankan dalam tuntunan syariat Islam yang mulia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjamin keberuntungan bagi orang-orang yang bertaubat, sebagaimana firmanNya, artinya, "Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung." (QS. an-Nur: 31)
Dan sangatlah indah kehidupan orang-orang yang bertaubat, tatkala sifat mulia mereka itu akan memberikan berbagai keutamaan dan kenikmatan serta menjadi sebab kecintaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepadanya. Sebagaimana firmanNya, artinya, "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. al-Baqarah: 222).
6. Dzikir
Dzikir adalah penyejuk hati dan penenang jiwa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya, "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan dzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allahlah hati menjadi tentram." (QS. ar-Ra'ad: 28).
Dengan dzikir seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dan pahala yang sangat besar, sebagaimana firmanNya, artinya,"Dan laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ahzab: 35)
Dan keberuntungan bagi orang-orang yang banyak berdzikir, "Dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung." (QS. al-Jumu'ah: 10).
Sungguh dzikir membuat hati seorang hamba menjadi lapang dan bersinar tampa ada kerugian seperti yang terjadi pada orang-orang lalai. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya, "Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari dzikir kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi". (QS. Al-Munafiqun: 9).
Inilah beberapa pilar yang dapat melapangkan hati seorang hamba dari gundah gulananya, yang senantiasa menghimpit dan menghantui perjalanan hidupnya, Kita memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar senantiasa melapangkan dada dan hati kita, serta menjauhkan diri kita dari keputusasaan dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan yang fana ini. Wallahu A'lam.
Sumber:
1. Musnad al-Imam Ahmad
2. Zaadul Ma'ad (Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah)
3. Al-Qaulu as-Sadid (As-Syaikh Abdur Rahman as-Sa'dy
Tiada ulasan:
Catat Ulasan